Wednesday 9 March 2016

Terungkap, ini jalinan bisnis Indonesia dan Israel

Terungkap, ini jalinan bisnis Indonesia dan Israel








Sikap tegas ditunjukkan Presiden Jokowi dalam mendukung kebebasan Palestina dari cengkeraman Israel. Dalam konferensi persnya usai penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa OKI, Jokowi mengajak seluruh negara Islam memboikot produk-produk dari negeri Zionis.

"Dunia Islam mendorong masyarakat internasional untuk melarang masuknya produk Israel dan seluruh negara menyatakan kembali komitmen untuk melindungi Al-quds Al-sharif, antara lain dengan bantuan finansial untuk Al-quds Al-sharif," kata Presiden Jokowi dalam Konferensi Pers di Ruang Cendrawasih di JCC, Jakarta, Senin (7/3).

Jokowi juga menegaskan negara-negara OKI juga mendukung rekonsiliasi Palestina, kesepakatan-kesepakatan itu tercakup dalam dua dokumen yaitu Deklarasi Jakarta yang memuat langkah konkret pemimpin dunia Islam untuk Palestina dan dokumen Resolusi yang berisi komitmen OKI untuk mendukung Palestina dan Al-quds Al-sharif.

Rupanya, pernyataan itu mengusik Israel. Sebagai negara berkembang, Indonesia dinilai tetap membutuhkan keterlibatan negara Zionis tersebut, terutama di bidang teknologi.

Ulasan itu dimuat dalam Harian Times of Israel, Senin (8/3), lewat tulisannya yang berjudul, 'Rahasia terburuk: Israel-Indonesia berbisnis bersama'. Jurnalis Israel David Shamah menulis, Indonesia sangat membutuhkan sentuhan teknologi buatan Israel bagi negaranya.

"Indonesia negara yang berkembang cepat yang memiliki banyak kebutuhan di mana teknologi Israel sangat penting di dalamnya, seperti teknologi agrikultural," demikian dikutip dari Times of Israel.

Hanya saja, politik tetaplah politik. Dukungan kuat yang ditunjukkan pemerintah Indonesia terhadap Palestina membuat hubungan bisnis yang terjalin dengan Israel ditutup rapat-rapat, meski tak punya hubungan diplomatik secara langsung.

Meski demikian, Kepala Asosiasi Perdagangan Internasional (FTA) dari Kementerian Ekonomi, Ohad Cohen menyebutkan Indonesia dan Israel merupakan kawan lama di bidang bisnis. Bahkan, hubungan dagang antara kedua negara mencapai ratusan juta dolar per tahun.

"Indonesia adalah negara demokrasi, dan juga anggota Organisasi Perdagangan Dunia, di mana melarang boikot dari negara anggotanya, sehingga tak ada batasan legal bagi perusahaan Indonesia yang menghalangi bisnis mereka dengan kita. Orang bisnis tahu apa yang dibutuhkan pasar, jadi mereka tahu bagaimana memenuhi kebutuhan itu, jadi mereka sangat senang berbisnis dengan kita," papar Cohen.

Hanya saja, Indonesia bukan satu-satunya negara di mana Israel memiliki misi dagang, di mana seluruh administrasi dikendalikan penuh dari sebuah perwakilan di Singapura. Perusahaan inilah yang melakukan banyak kunjungan untuk memperkenalkan dan membantu perusahaan Israel untuk berbisnis di Indonesia. Termasuk mendatangkan tamu dari Indonesia untuk mencari peluang bisnis di negara itu.

Selain di bidang agrikultural, teknologi medis, ponsel dan finansial sangat diterima Indonesia. Apalagi, sudah terbentuk Kamar Dagang Israel-Indonesia yang telah memposting banyak kisah sukses para pengusaha Israel menjajakan produknya ke Indonesia.

Di balik hubungan bisnis yang mesra, hubungan diplomatik tetap menjadi masalah utama. Di mana imigrasi pernah menahan lama bintang bulutangkis Israel Misha Zilberman untuk menunggu di Singapura sebelum akhirnya bisa ikut ambil bagian dalam Kejuaraan Badminton Dunia. Meski mendapatkan izin, tidak satupun delegasi asal Israel membawa bendera negaranya.

Momen ini menjadi pembuka jalan bagi beberapa orang pengusaha yang melihat peluang baru di kedua negara. Meski diadang sikap politik yang diambil pemerintah Indonesia.

"Mereka melihat ada perbedaan antara bisnis dan politik di mana bisnis sangat mudah untuk mengungkap mana yang benar dan salah, tapi dalam politik tidak ada yang benar atau salah dan itu yang dipakai pemerintah saat ini. Saat waktunya datang, saya yakin ini bisa menjadi pembuka jalan hubungan yang lebih hangat antara kita," kata pengusaha asal Indonesia yang tak ingin disebutkan namanya. (IH/M)

No comments:

Post a Comment